Our social:

Latest Post

Kamis, 07 Juli 2011

Durasi 1 hari di Planet Neptunus

Dengan melacak beberapa fitur tertentu di atmosfir, peneliti berhasil melakukan pengukuran akurat pertama terhadap periode rotasi planet Neptunus. Ternyata, satu hari di planet itu berlangsung tepat selama 15 jam, 57 menit dan 59 detik.

Temuan ini memperkaya pengetahuan kita seputar hal yang fundamental di Neptunus dan menyediakan pula mekanisme untuk memahami bagaimana massa planet itu didistribusikan. Seperti diketahui, Neptunus merupakan planet raksasa yang terbuat dari gas.

“Neptunus memiliki dua fitur yang memungkinkan untuk dipantau oleh Hubble Space Telescope yang tampaknya mengatur rotasi interior dari planet tersebut,” kata Erich Karkoschka, ilmuwan dari Lunar and Planetary Laboratory, University of Arizona, seperti dikutip dari Cosmos Magazine, 4 Juli 2011.

Fitur seperti ini, Karkoschka menyebutkan, tidak pernah dijumpai di planet gas raksasa lainnya

Untuk mencari tahu berapa durasi satu hari di planet itu, Karkoschka mengukur putaran Neptunus dengan mengamati dua fitur yang terlihat mata milik atmosfir planet tersebut. Ia kemudian mengukur garis bujur di antara setiap gambar yang ditangkap lalu menentukan interval waktu antara observasi dan menyediakan informasi periode putaran.

Berhubung Neptunus telah berotasi sekitar 10 ribu kali dalam 20 tahun terakhir, Karkoschka dapat mengetahui secara akurat periode putaran dengan melacak fitur-fitur ini dalam jangka waktu tersebut.

Hasil penelitian ini merupakan peningkatan pengetahuan yang signifikan terhadap rotasional planet gas sejak pertamakali Giovanni Cassini berhasil mendapati bintik merah planet Jupiter, pada 350 tahun lalu.

Saat ini di kalangan ilmuwan sendiri tampak muncul konsensus bahwa temuan Karkoschka memang akurat. Menurut Craig O’Neill, ilmuwan antariksa dari Macquarie University, Australia, temuan Markoschka seputar periode fitur milik atmosfir Neptunus tepat.

“Selain itu, Karkoschka juga menunjukkan bahwa di kawasan kutub, kecepatan angin lebih rendah dibanding di khatulistiwa,” ucap O’Neill. “Pertanyaan besar berikutnya adalah, bagaimana caranya itu bisa terjadi,” ucapnya.

video nya dapat anda lihat disini klik

sumber : vivanews.com

Teori Baru Tentang Punahnya Nenek Moyang Manusia

Sebuah studi yang diketuai oleh Etty Indriati, peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia melakukan investigasi dari dua situs di sungai Bengawan Solo. Dari penelitian, disimpulkan bahwa Homo erectus kemungkinan tidak tinggal di habitat yang sama dengan manusia modern.

Temuan ini memunculkan keraguan pada teori evolusi manusia sebelumnya dan mengindikasikan bahwa nenek moyang manusia modern itu punah jauh lebih awal dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Seperti diketahui, Homo erectus, yang meninggalkan Afrika sekitar 1,8 juta tahun lalu, disepakati sebagai nenek moyang langsung spesies kita yakni Homo sapiens. Kedua spesies ini sebelumnya diyakini pernah hidup berdampingan. Setidaknya sampai muncul teori baru yang membantah itu.

Selama ini, ilmuwan memperkirakan, sekitar 500 ribu tahun lalu Homo erectus lenyap dari Afrika dan sebagian besar Afrika dan diperkirakan, bertahan hidup di Indonesia hingga 35 ribu tahun lalu. Adapun Homo sapiens awal tinggal di kawasan Indonesia sejak 40 ribu tahun lalu dan tinggal bersama dengan nenek moyangnya tersebut.

Penelitian yang dilakukan Etty dan timnya menunjukkan bahwa asumsi selama ini tidak benar dan Homo erectus lenyap jauh sebelum kedatangan Homo sapiens di Asia.

“Homo erectus kemungkinan tidak tinggal di habitat yang sama dengan manusia modern,” kata Etty, seperti dikutip dari DailyMail, 5 Juli 2011.

Dari ekskavasi dan analisa waktu, hasilnya mengindikasikan bahwa Homo erectus punah setidaknya 143 ribu tahun lalu, dan bahkan mungkin lebih dari 550 ribu tahun lalu.

Jika demikian yang terjadi, maka temuan ini membantah teori ‘Out of Africa’ yang sudah disepakati sebelumnya yakni hipotesis seputar manusia modern telah berevolusi sepenuhnya di Afrika sebelum bermigrasi ke belahan lain di Bumi.

Teori itu memperkirakan terjadinya overlap antara Homo sapiens dan spesies lebih tuah yang mereka gantikan di luar Afrika. Homo erectus yang ditemukan masih bertahan hidup di Indonesia pada masa itu dianggap sebagai bukti pendukung teori tersebut.

Dengan temuan terbaru, peneliti menawarkan hipotesis baru bahwa manusia modern berevolusi dari spesies terdahulu di Afrika, Asia, dan Eropa. Hasil temuan ini sendiri dipublikasikan di jurnal Public Library of Science ONE.

sumber : vivanews.com

Ditemukan, Ular Raksasa dengan Jambul Ayam

Seekor ular raksasa yang dikepalanya memiliki jambul seperti layaknya ayam jantan ditemukan di Fushin City, provinsi Liaoning, China.

Ular ini ditemukan pertamakali pada bulan lalu oleh warga setempat. Ketika itu, pekerja sedang melakukan ekskavasi di dekat sebuah situs konstruksi.

Ular raksasa yang ditemukan itu memiliki panjang 16,7 meter dan berat sekitar 300 kilogram. Kulit seluruh tubuh ular itu bersinar keemasan, dan uniknya, di bagian kepala ular terdapat jambul ayam. Diyakini, spesies ular dengan jambul ini sangatlah langka.

Ketika ditemukan, dikutip dari Asian Town, 6 Juli 2011, ular tersebut dalam kondisi terluka. Ia kemudian diberi pertolongan darurat dan diproteksi oleh petugas dari Wild Chiayi Shenyang. Sayangnya, ular itu mati di perjalanan dari Shenyang ke Beijing.

Pihak departemen terkait China segera menyelidiki bangkai ular raksasa yang sangat langka itu. Para pakar kehidupan liar sendiri memperkirakan, usia ular ini mencapai sekitar 140 tahun, dan ia biasanya tinggal di gua.

sumber : vivanews.com

Telah Ditemukan Cara Menghemat Baterai dan Laptop Oleh Seorang Mahasiswa di Amerika Serikat

Seorang mahasiswa Duke University, North Carolina, Amerika Serikat di bawah panduan asisten profesor bidang electrical and computer engineering berhasil menemukan sistem yang mampu melipatgandakan masa aktif baterai perangkat mobile.

Menurut Justin Manweiler, mahasiswa itu, sistem yang disebut SleepWell memungkinkan ponsel dan laptop bekerja lebih lama dengan melakukan perubahan di teknologi WiFi.

Manweiler menyebutkan, energi milik gadget cepat terkuras jika ada perangkat WiFi lain yang aktif di sekitarnya. Dalam kasus tertentu, setiap perangkat harus ‘tetap terjaga’ sebelum ia mulai melakukan download terhadap informasi yang diinginkan.

Sebagai contoh, Manweiler menyebutkan, saat mendownload sebuah film di kawasan perkotaan, baterai akan habis jauh lebih cepat dibandingkan jika mendownload film yang sama di kawasan pertanian yang sepi.

Software yang dikembangkan oleh Manweiler mengatasi masalah ini dengan memungkinkan perangkat mobile itu masuk ke posisi ‘sleep’ saat perangkat yang ada di sekitarnya sedang mendownload lewat WiFi. Ini tidak hanya menghemat energi perangkat itu, tetapi juga perangkat lain yang ada di sana.

“Kota besar menghadapi jam sibuk dan pekerja datang serta pulang di waktu yang kurang lebih sama,” kata Manweiler, dikutip dari MedIndia, 7 Juli 2011. “Jika jam kerja lebih fleksibel, perusahaan bisa mengubah jam kerjanya dan mengurangi kepadatan di jam sibuk. Dengan berkurangnya kepadatan, akan lebih banyak waktu luang meski jumlah jam kerja tetap sama,” ucapnya.

Hal serupa, kata Manweiler, juga terjadi pada perangkat mobile yang berusaha mengakses Internet di waktu yang sama. “SleepWell memungkinkan perangkat WiFi menggeser siklus aktivitas mereka, meminimalisir overlap dengan yang lain, dan akhirnya menghasilkan penghematan energi tanpa pengurangan kinerja yang terasa,” ucapnya.

Sistem SleepWell yang dikembangkan Manweiler dipresentasikan di ajang Conference on Moblie Systems, Applications and Services yang digelar oleh Association for Computing Machinery di Washington D.C.

sumber : vivanews.com

Minggu, 03 Juli 2011

Google Hadapi Gugatan atas Penyadapan

Raksasa mesin pencari di ranah daring, Google, terancam menghadapi gugatan di pengadilan Amerika Serikat (AS) atas aktivitas pengumpulan data oleh kendaraan operasional layanan Street View yang dimilikinya.

Seorang hakim di pengadilan San Fransisco memutuskan bahwa kegiatan yang dijalani perusahaan itu kemungkinan melanggar undang-undang pemerintah federal tentang penyadapan.

Google mencoba melawan gugatan itu dengan menegaskan bahwa siapa pun dapat menangkap sinyal wifi.

Sebelumnya, seperti diberitakan oleh laman BBC, Google tak sengaja mendapatkan data ketika mengambil gambar bagi layanan Street View.

Pembuktian atas keteledoran itu berujung pada penghentian upaya memasuki jaringan wifi oleh Google.

Masalah itu terkuak pada tahun 2010 ketika para pejabat pelindung data Jerman meminta Google menyebutkan informasi apa saja yang diambil oleh kendaraan Street View. Mobil-mobil itu umumnya dikerahkan untuk mengambil gambar jalanan dan bangunan.

Namun, terbukti bahwa selain mengambil gambar, kendaraan-kendaraan itu juga mengakses jaringan wifi demi mendapatkan data lokasi.

Paket data dari titik-titik wifi termasuk di antara informasi yang direngkuhnya. Pada jaringan terbuka yang tak terenkripsi, sistem yang tertanam pada mobil mampu mendapatkan nama pengguna, kata sandi dan informasi pribadi lain. Mereka berhasil mendapatkan 600 MB data dari 30 negara.

Google meminta maaf dan menumpukan kesalahan pada kekeliruan menerapkan kode pemrograman. Mereka berjanji akan menghapus seluruh data itu.

Beberapa negara terpancing melakukan investigasi. Perancis memutuskan mendenda Google sebanyak 100 ribu euro.

Di AS, gugatan itu diajukan di pengadilan California, markas besar Google, dan mengatasnamakan sembilan negara bagian.


sumber : vivanews.com

Ditemukan Hewan Yang Paling Berisik di Dunia

Ilmuwan berhasil mendapatkan bukti seputar hewan paling berisik di seluruh dunia, khususnya jika melihat ukuran tubuhnya. Micronecta scholtzi, serangga yang tinggal di bawah air ini mampu mengeluarkan suara sebesar 99,2 desibel.

Sebagai gambaran 99,2 desibel kurang lebih sama kencangnya dengan mendengarkan permainan musik orkestra dan kita menyaksikannya dari deretan bangku terdepan. Frekuensi suara yang dihasilkan ada di sekitar 10kHz juga berada di dalam jangkauan pendengaran manusia.

Menurut James Windmill, peneliti dari University of Strathclyde, Skotlandia, hewan ini sangat hebat. “Meski 99 persen suara yang dihasilkan hilang saat bergerak dari dalam air ke luar ke udara terbuka, namun suara yang dihasilkan hewan yang ‘menyanyikannya’ dari dasar sungai masih bisa didengar oleh orang yang berjalan di pinggir sungai,” ucapnya.

Dikutip dari Science Daily, 4 Juli 2011, suara ‘nyanyian’ itu dikeluarkan oleh Micronecta scholtzi jantan yang ingin mencari perhatian lawan jenis. Ia menghasilkan suara dengan menggesekkan bagian tubuhnya. Yang menarik, bagian tubuh yang digesekkan tersebut hanya memiliki ukuran 50 mikrometer, atau sekitar lebar rambut manusia.

“Kami belum mengetahui bagaimana mereka bisa mengeluarkan suara sekencang itu dari area yang sangat sempit,” sebut Windmill.

Tim peneliti yang menyampaikan hasil temuannya di pertemuan tahunan Society for Experimental Biology Annual Conference di Glasgow itu menyebutkan bahwa mereka ingin mencari tahu dari aspek biologi dan teknis untuk mengetahui bagaimana hewan kecil bisa mengeluarkan suara sangat bising. Bila memungkinkan, ‘teknologi’ yang dimiliki hewan ini juga diaplikasikan dalam kehidupuan manusia.

“Secara biologi, penelitian ini bisa bermanfaat dalam upaya konservasi karena merekam suara serangga bisa digunakan untuk memantau keanekaragaman hewan,” kata Windmill. “Dari sisi teknis, penelitian ini bisa digunakan untuk teknologi akustik seperti sistem sonar,” ucapnya.
 
 
sumber : vivanews.com