Katak Yang Tidak Pernah Terlihat Sejak Tahun 1924
"Ansonia latidisca", atau sering dijuluki sebagai "katak sungai Sambas" atau "katak pelangi Borneo", adalah spesies katak kecil yang ditemukan kembali pada tahun 2011 setelah tidak pernah terlihat lagi semenjak tahun 1924.
Spesies ini dapat ditemui di Indonesia dan Malaysia. Habitat alaminya adalah sungai dan hutan tropis atau subtropis yang lembab di dataran rendah. Katak ini terancam karena kehilangan habitat aslinya.Ciri-ciri katak ini berukuran kecil, dengan panjang antara 30 hingga 50 mm.Mereka punya kaki kurus panjang dan kulit belakang berwarna hijau terang, ungu dan merah. Memiliki bintik-bintik berwarna pada kulit belakang yang tidak rata tetapi "berkerikil" dan mirip kutil.
Ahli amfibi Robin Moore memberitahu National Geographic bahwa kulit sejenis ini biasanya merupakan tanda-tanda adanya kelenjar racun.
Herpetolog Indraneil Das, pemimpin tim yang menemukan kembali katak ini, menjuluki warna katak ini "seperti lumut" dan menjelaskan bahwa hal tersebut mungkin merupakan adaptasi untuk Ansonia latidisca berkamuflase di kulit pohon yang berlumut.
Menurut daftar Global Search for Lost Amphibians yang dibuat oleh Conservation International pada tahun 2010, katak Ansonia Latidisca merupakan salah satu dari 10 katak yang paling dicari di dunia. Katak ini sudah tidak terlihat semenjak tahun 1924. Sebelum ditemukan kembali, gambaran tentang katak ini diperoleh dari spesimen yang dikumpulkan pengelana pada tahun 1920-an.
Pada Juli 2011, ilmuwan dari Universitas Malaysia Sarawak yang dipimpin oleh Dr. Indraneil Das menemukan dan mengambil gambar tiga spesimen di Gunung Penrissen, Sarawak Barat.Para ilmuwan menolak memberi tahu letak pasti si katak karena takut disalahgunakan oleh pemburu gelap dan penjual binatang peliharaan internasional.
Spesies ini dapat ditemui di Indonesia dan Malaysia. Habitat alaminya adalah sungai dan hutan tropis atau subtropis yang lembab di dataran rendah. Katak ini terancam karena kehilangan habitat aslinya.Ciri-ciri katak ini berukuran kecil, dengan panjang antara 30 hingga 50 mm.Mereka punya kaki kurus panjang dan kulit belakang berwarna hijau terang, ungu dan merah. Memiliki bintik-bintik berwarna pada kulit belakang yang tidak rata tetapi "berkerikil" dan mirip kutil.
Ahli amfibi Robin Moore memberitahu National Geographic bahwa kulit sejenis ini biasanya merupakan tanda-tanda adanya kelenjar racun.
Herpetolog Indraneil Das, pemimpin tim yang menemukan kembali katak ini, menjuluki warna katak ini "seperti lumut" dan menjelaskan bahwa hal tersebut mungkin merupakan adaptasi untuk Ansonia latidisca berkamuflase di kulit pohon yang berlumut.
Menurut daftar Global Search for Lost Amphibians yang dibuat oleh Conservation International pada tahun 2010, katak Ansonia Latidisca merupakan salah satu dari 10 katak yang paling dicari di dunia. Katak ini sudah tidak terlihat semenjak tahun 1924. Sebelum ditemukan kembali, gambaran tentang katak ini diperoleh dari spesimen yang dikumpulkan pengelana pada tahun 1920-an.
Pada Juli 2011, ilmuwan dari Universitas Malaysia Sarawak yang dipimpin oleh Dr. Indraneil Das menemukan dan mengambil gambar tiga spesimen di Gunung Penrissen, Sarawak Barat.Para ilmuwan menolak memberi tahu letak pasti si katak karena takut disalahgunakan oleh pemburu gelap dan penjual binatang peliharaan internasional.
0 komentar:
Posting Komentar
Attention
Komentar anda sangat diharapkan agar blog ini menjadi blog yang lebih baik. dan diharapkan juga untuk Memberi Koment Yang Membangun, no spam ya Gan
admin rustihell